Klik
"Surat Kabar Umum Garuda, Aktualitas dan Terpercaya"

Satgas Antar Agama Perlu Dibentuk Guna Tangkap Perpecahan


Ambon (Garuda). Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban Din Syamsudin menilai perlu dibentuk Satuan Tugas (Satgas) antaragama untuk menangkal ancaman kekerasan ekstrem yang dapat memecah belah umat beragama . Saat dikonfirmasi di Surabaya, Selasa, Din menyebut pelaku kekerasan terhadap figur-figur pemuka agama maupun pengrusakan tempat peribadatan yang terjadi beruntun dalam sepekan terkhir telah diskenario dengan matang. "Sepertinya ada skenario sistemik dan sistematis yang ingin mengadudomba antarumat beragama. Skenarionya cerdas sekali karena selalu mengedapankan pelaku orang gila atau dianggap gila. Itu berarti otak pelakunya ingin menggunakan kekerasan secara ekstrem," katanya. Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia itu menaruh harapan kepada aparat hukum, khususnya Kepolisian Republik Indonesia (Polri), agar serius mengungkap secara tuntas apa dan siapa di balik semua ini. Karena, menurut dia, kalau kekerasan yang menyasar lambang-lambang keagamaan seperti ini terus berlanjut, akan mudah menimbulkan prasangka dari satu kalangan terhadap yang lain. Terlebih selalu ada provokasi di tengah peristiwa tersebut, yang berpotensi menimbulkan benturan antarumat beragama, yang pada akhirnya mengganggu stabilitas nasional. "Walaupun saya berkeyakinan umat beragama saat ini sudah cukup matang dan cerdas sehingga tidak akan menyikapi provokasi yang berkembang. Maka kita serahkan kasus ini kepada aparat penegak hukum untuk mengusutnya dengan serius hingga tuntas," ucapnya. Sementara saat ini polisi masih bekerja, Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu memandang perlu dibentuknya Satgas Antaragama sebagai langkah preventif agar tidak terjadi perpecahan umat akibat peristiwa yang masih saja terus terjadi secara beruntun di berbagai daerah. "Kalau bisa umat antaragama membentuk satgas dalam rangka meningkatkan kewaspadaan," ujarnya. Apalagi tahun ini adalah tahun politik, sedang digelar Pilkada serentak di sejumlah daerah, yang sangat rentan terhadap gangguan stabilitas nasional. Maka, dia menerangkan, Satgas Antaragama bisa digerakkan untuk saling menjaga, tak hanya di tempat-tempat ibadah seperti masjid, vihara, gereja dan lain sebagainya, melainkan juga terhadap figur-figur keagamaan seperti kiai, ustad, pastur dan pendeta.

Pembukaan Kongres ke-30 HMI dihadiri juga oleh Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPD Osman Sapta Oedang, tokoh HMI Akbar Tandjung, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Gubernur Maluku Said Assagaff, Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy dan Ketua Umum HMI Mulyadi P Tamsir.

"Saya yakin kita bisa menjadi rujukan negara lain dan bisa menjadi pemimpin negara muslim kalau ekonomi kita kuat," kata Presiden saat berpidato pada pembukaan Kongres ke-30 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Auditorium Universitas Pattimura Ambon, Maluku, Rabu.

"Sebagai negara yang masuk G-20, saya yakin Indonesia bisa berbuat banyak. Islam Indonesia adalah yang moderat, toleran, modern, yang terbuka untuk kemajuan. Kita punya Pancasila sebagai ideologi pemersatu, rumah kita bersama. Kita juga sudah punya bukti-bukti bahwa Nusantara kita kokoh bersatu," katanya.

Presiden juga mengatakan bahwa Indonesia juga punya insan-insan hebat di berbagai bidang, dan menyebutu para kader HMI sebagai "kader insan cita yang berkualitas". Kita sudah memilikinya," katanya.

Presiden menambahkan bahwa selanjutnya Indonesia tak ingin lagi meminta bantuan, tapi ingin bisa lebih banyak membantu negara lain, dan dia sudah menyampaikan pesan itu kepada para duta besar dan perwakilan Indonesia di luar negeri.

Pesan Presiden Kepada kader HMI yang mengikuti Kongres, Presiden mengingatkan Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat, toleran dan terbuka untuk kemajuan.

"Kita berada di era globalisasi yang penuh kompetisi, penuh persaingan, kita tidak bisa membendung inovasi dan teknologi yang terus berkembang. Kita berada di dunia yang bergerak sangat cepat," katanya.

Presiden mengatakan bahwa saat ini tidak ada jalan lain kecuali meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi insan-insan pembelajar yang sehat, beraklak mulia, bermoral tinggi, berinovasi dan berdaya juang tinggi. 

"Saya tahu, HMI sering mendorong untuk bekerja apa yang selama ini kita lakukan rupanya sejalan dengan semboyan HMI yang saya kenal sejak mahasiswa. Pantang menolak tugas, pantang mengulur waktu, pantang kerja tak selesai," katanya.