Kampar (Garuda). Setelah mengikuti beberapa pelatihan di wilayah Riau diantaranya Duri yang diadakan di Hotel Susuka pada akhir November lalu, Pekanbaru yang diadakan di Alpa Hotel. Sumpeno (48 th) salahsatu Pembudiya lele biomaksi mengaplikasikan teori yang telah diterimanya.
Dengan memanfaatkan rumah yang sudah tidak dihuni, Mas Peno begitulah warga Desa Sungai Putih Kecamatan Tapung memanggilnya, membuat media untuk budidaya lele biomaksi berjumlah 2 kolam yang sanggup menampung benih ikan lele sekitar 4.500 benih.
"Kalau untuk kolam lele biomaksi bisa menampung 5.000 benih lele, sengaja saya kurangi 500 benih sehingga menjadi 4.500 benih untuk menambah ruang bebas bagi lele". Ujarnya saat diwawancarai dirumahnya pada Jumat (15/12/17).
Baca Berita Terkait : PT. Maksiplus Utama Indonesia Adakan Pelatihan Di Bengkalis
Biomaksi adalah budidaya lele biofloc yang dikombinasikan dengan pengaplikasian MaxiGrow. Konsep teknologi biofloc dalam akuakultur adalah mendaur ulang senyawa nitrogen anorganik (amoa yang bersifat racun) menjadi protein sel mikroba yang dapat dimakan oleh hewan pemakan detritus seperti udang, nila dan lele. Prosesnya adalah bahan organik dalam kolam diaerasi agar teraduk dalam kolam air sehingga dapat merangsang bakteri heterotrof aerobik menempel pada partikel organik.
Saat ditanya mengenai bahan untuk membuat kolam sistem biomaksi, pria yang sudah lama bergelut berbudidaya ikan dari yang biasa hingga sistem modern menjelaskan bahwa bahan yang harus disediakan diantaranya besi wernes, terpal, sehingga hasilnya media kolam berbentuk tabung dengan ketinggian 100 Centimeter serta berdiameter 200 Centimeter, kemudian kolam diisi air setinggi 60 Centimeter. Overflow sebagai media pembuangan kotoran ikan dengan kemiringan 13 Centimeter terletak tepat ditengah-tengah dasar kolam.
Mas Peno pria kelahiran Purworejo Jawa Tengah melanjutkan bahwa untuk membuat resep biomaksi bahan yang harus disediakan diantaranya gula merah, gula kelapa masing-masing 1 KG, bahan tersebut direbus hingga mendidih, tunggu hingga dingin, dicampur 0,5 Liter MaxiGrow setelah rata kemudian diendapkan hingga 2 jam.
Suami dari Muji Setyowati melanjutkan ditempat terpisah sediakan racikan bahan biomaksi untuk satu kolam yang terdiri dari tepung tapioka 1 KG, susu skin/susu biasa/susu kental manis 1 KG. bahan diaduk hingga merata.
Proses selanjutkan Mas Peno memaparkan untuk hari pertama hidupkan airator hingga 60 Centimeter kemudian pada hari ke 2 masukan garam kasar non yudium sebanyak 5 KG per kolam bediameter 200 Centimeter.
Hari ke 4 pagi masukkan cairan MaxiGrow sebanyak 0,5 Liter untuk media berupa tabung kolam dengan ukuran berdiameter 200 Centimeter. Pada malam harinya masukkan kapur dolomit sebanyak 3 Ons per kolam berdiameter 200 Centimeter.
Pada hari ke 5 masukkan 3-5 Liter BioMaxi dilanjutkan menunggu hingga hari ke 10. Pada hari ke 10 bibit ikan lele siap ditaburkan.
Mengenai ciri-ciri racikan biomaksi sukses berdasarkan SOP (Standard Operating Procedure) menurut pria yang menjabat salahsatu tim Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) Sungai Putih memaparkan bahwa tandanya adalah terdapat gelembung pada air, serta air berwarna coklat.
Mengenai kapan lele biomaksi siap dipanen Mas Peno menjelaskan bahwa dari awal penaburan benih ikan hingga siap dipanen membutuhkan waktu sekitar 3 bulan. Sedangkan keunggulan produk lele dari sistem biomaksi lele lebih gurih, kenyal serta manis rasanya, untuk pangsa pasar bisa dijual di pasar biasa dan pasar organik dengan kisaran harga 16.000 per KG, menurutnya mengenai pakan lele sistem biomaksi lebih irit 30% dari pada berbudidaya biasa atau non biomaksi.