Klik
"Surat Kabar Umum Garuda, Aktualitas dan Terpercaya"

Sia-sia, 6 Bulan Bubu Penangkap Ikan Ditelantarkan



Natuna (Garuda). Sudah sekitar 6 bulan ratusan unit bubu perangkap ikan bantuan pemerintah pusat bagi nelayan teronggok di Pelabuhan Pering, Kelurahan Bandarsyah Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau.

Karung pembungkus bubu itupun sudah hancur dimakan cuaca. Padahal bila dilihat dari kualitas bubu tidaklah mengecewakan, dengan rangka terbuat dari besi yang dibungkus plastik selang dan jaring dari bahan nylon.

Adri salah seorang nelayan Pering yang ditemui di Pelabuhan Pering mengatakan bubu tersebut tidak dapat dipergunakan karena tidak sesuai dengan kondisi perairan di Natuna.

"Tidak bisa kami pergunakan, karena tidak sesuai dengan spek yang kami perlukan. Lagipula kami tidak pernah minta bubu itu". Kata Adri di Ranai pada Selasa (2/1/2018).

Hal senada juga diungkapkan oleh nelayan pering lainnya yang tergabung dalam Rukun Nelayan Lubuk Lumbang kelurahan Bandarsyah, Yadi dan Wahab. Bahkan para nelayan Pering itu mengatakan bahwa pihak Koperasi nelayan selaku penerima bantuan dari Pemerintah Pusat itu tidak pernah menyampaikan mengenai bantuan tersebut kepada para nelayan.

"Kami tidak pernah diajak bicara oleh pengurus, jadi kami tidak tahu, tiba-tiba sudah datang bantuan bubu itu". Ujar Wahab.

Salah seorang anggota koperasi, Muhamad Rafi menjelaskan bahwa bantuan bubu itu merupakan permintaan dari anggota Koperasi dan pengurus rukun Nelayan Lubuk Lumbang kepada kementrian Kelutan Perikanan sekitar setahun yang lalu.

Saat permintaan itu disampaikan, menurutnya, pihak dari kementrian juga telah melakukan survei lapangan bahkan juga telah ditunjukan bentuk bubu yang biasa dipergunakan oleh nelayan di Natuna.

"Saat petugas kementrian memverifikasi bantuan berupa ratusan bubu penangkap ikan, turun langsung petugas ke Ranai, dan sudah kami tunjukan model bubu ikan yang kami butuhkan, tapi ternyata datangnya tidak seperti yang kami minta, kami juga tidak tahu dimana kesalahan penyampaian kami". Kata Rafi. 

Hampir senada dengan Rafi yang juga menjabat sebagai ketua Rukun Nelayan Lubuk Lumbang, Herman yang dihubungi via telepon mengakui bahwa bubu tersebut memang tidak dipergunakan oleh nelayan. 

Sebelumnya telah dilakukan uji coba pemasangan bubu itu disekitar Perairan Pering, akan tetapi tidak menghasilkan apapun.

"Kami sudah coba pasang 30 unit, tapi satupun tidak ada yang dimasuki ikan, daun pun tidak ada masuk". Kata Herman. 

Herman menambahkan, hingga saat ini bubu itu memang belum diserahkan oleh koperasi kepada kelompok nelayan. Hal ini dikarenakan para nelayan tidak mau menerima bubu itu karena tidak bisa dipergunakan.

"Bagaimana mau diserahkan kepada nelayan, nelayan bilang mereka tidak mau, tidak bisa digunakan. Mungkin solusinya akan kami jadikan rumpon ikan saja". Tambah Herman.

Sementara itu Pejabat Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Natuna Suherman SE, saat dikonfirmasi mengenai bantuan itu mengatakan pihaknya akan mengecek kelapangan guna mengetahui alasan dari para nelayan enggan menerima.

"Itukan bantuan dari Kementrian ,brarti dengan APBN, saya juga belum tahu apa sbabnya tidak dipergunakan oleh nelayan,saya akan cari tahu dulu,setelah itu baru kita cari solusinya". Kata Suherman, Selasa (2/1/18).

Bantuan bubu bagi nelayan itu tidak hanya diterima oleh nelayan Pering Kelurahan Bandarsyah, namun juga oleh semua nelayan di setiap kecamatan di Natuna. Namun semua bubu itu tidak dipergunakan oleh nelayan dengan alasan yang sama. 

Lain bubu bantuan dari Kementerian Kelautan Perikanan yang juga diterima oleh Kelompok nelayan lubuk Lumbang Pering adalah Ice Flex. Namun mesin pembuat bunga es tersebut juga teronggok tidak dapat dipergunakan. Pasalnya bantuan tidak disertai dengan mesin diesel untuk menghidupkan mesin Ice flex. Padahal saat uji coba mesin berproduksi dengan baik.

Menurut ketua Rukun nelayan setempat, selain tidak ada mesin diesel, biaya operasional iceflex juga terlalu tinggi. "Tidak cukup untuk bayar pekerja pembuat es,dan biaya es nya terlalu mahal, lebih mahal daripada es yang dijual masyarakat," ujar Herman.

Pada saat penyerahan mesin iceflex menurut Herman, perwakilan dari Kementrian beejanji akan segera mengirimkan mesin pembangkit. "Sudah mau satu tahun, tapi mesinnya tidak nampak tiba sampai sekarang". Pungkas Herman.